Quick Wins Bangga Kencana Diperkuat di Mojokerto, Stunting Jadi Agenda Bersama Menuju Indonesia Emas 2045

oleh : -
Quick Wins Bangga Kencana Diperkuat di Mojokerto, Stunting Jadi Agenda Bersama Menuju Indonesia Emas 2045
Foto: Penguatan Quick Wins Bangga Kencana oleh Kemendukbangga BKKBN bersama tokoh masyarakat dan seniman di Pondok Pesantren Segoro Agung Mojokerto.

KABUPATEN MOJOKERTO (Beritakeadilan.com, Jawa Timur)-Upaya percepatan penurunan stunting terus diperkuat oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN melalui implementasi program Quick Wins Bangga Kencana. Pendekatan kolaboratif lintas sektor kembali ditegaskan dalam kegiatan penguatan Quick Wins Bangga Kencana yang dipadukan dengan Program Makan Bergizi Gratis sebagai strategi percepatan dan pencegahan stunting menuju Indonesia Emas 2045.

Kegiatan tersebut digelar di Pondok Pesantren Segoro Agung, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, dengan melibatkan tokoh masyarakat, unsur pemerintah daerah, penyuluh KB, kader Bangga Kencana, hingga kalangan seniman dan budayawan. Hadir dalam kegiatan ini Pembina Yayasan Segoro Agung Mayjen Purn HR. Gautama Wiranegara dan Letjen Kunto Arief Wibowo, S.IP., Pengasuh Ponpes Segoro Agung KH. Bimo Agus Sunarno, serta musisi dan pemikir Sabrang Mowo Damar Panuluh bersama Tim Kyai Kanjeng.

Plh. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukamto, S.E., M.Si., menegaskan bahwa tahun 2025 menjadi momentum penting transformasi kelembagaan. BKKBN kini bertransformasi menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN sebagai bagian dari penguatan peran negara dalam pembangunan keluarga.

Ia menegaskan bahwa transformasi tersebut sejalan dengan visi besar Presiden Republik Indonesia, “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.” Dalam kerangka itu, Quick Wins Bangga Kencana dirancang sebagai program prioritas nasional yang menyentuh langsung akar persoalan kualitas sumber daya manusia sejak hulu.

“Program-program ini dirancang untuk memperkuat pengasuhan, layanan gizi, pemberdayaan keluarga, hingga pemanfaatan teknologi. Semua diarahkan untuk mempercepat penurunan stunting dan meningkatkan kualitas keluarga Indonesia,” ujar Sukamto, Jumat (12/12/2025).

Sukamto menjelaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis menjadi bagian penting dari Proyek Strategis Nasional dalam percepatan penurunan stunting. Kemendukbangga/BKKBN telah menjalin nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama dengan Badan Gizi Nasional terkait pengelolaan MBG untuk sasaran ibu hamil, baduta, dan balita non-PAUD.

Di Jawa Timur, program tersebut telah ditopang oleh ribuan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang beroperasi aktif dengan dukungan ribuan kader pendamping dari berbagai unsur, mulai dari TPK, IMP, DASHAT, BKB, hingga kader Bangga Kencana. Infrastruktur sosial ini dinilai menjadi kekuatan utama dalam memastikan intervensi gizi berjalan tepat sasaran.

Dalam paparannya, Sukamto mengungkapkan bahwa prevalensi stunting nasional masih berada di angka 19,8 persen, sementara Jawa Timur telah berada di angka 14,7 persen. Meski lebih rendah dari angka nasional, ia menegaskan bahwa stunting tetap menjadi persoalan serius karena berdampak langsung pada kualitas generasi masa depan.

Menurutnya, stunting merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya dipicu oleh kekurangan gizi kronis, tetapi juga dipengaruhi oleh praktik pengasuhan, akses layanan kesehatan, sanitasi, serta ketersediaan air bersih.

“Intervensi pencegahan stunting tidak bisa hanya mengandalkan satu sektor. Ada intervensi sensitif sebesar tujuh puluh persen dan intervensi spesifik sebesar tiga puluh persen. Semua harus bergerak bersama,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya langkah-langkah konkret mulai dari pemenuhan gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan rutin, pemberian ASI eksklusif, MPASI sehat, pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, hingga penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat keluarga.

Musisi dan budayawan Sabrang Mowo Damar Panuluh menilai isu stunting tidak bisa dipandang semata sebagai persoalan teknis atau statistik. Baginya, stunting adalah persoalan masa depan bangsa yang harus dihadapi dengan kesadaran kolektif.

“Stunting itu bukan sekadar urusan gizi. Ini urusan ekosistem keluarga dan lingkungan. Kalau kita ingin Indonesia Emas 2045, maka yang kita bangun bukan hanya program, tapi gerakan bersama. Semua orang harus merasa punya tanggung jawab,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya perubahan perilaku keluarga dan penguatan peran ayah dalam pengasuhan anak. Menurutnya, kehadiran ayah secara emosional dan aktif menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam membangun generasi yang sehat dan berkualitas.

“Kehadiran ayah, dukungan emosional, dan keterlibatan dalam pengasuhan itu penting sekali. Anak tumbuh bukan hanya oleh makanan, tapi oleh kasih sayang dan lingkungan yang sehat,” tambah mantan vokalis Letto tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren Segoro Agung, KH. Bimo Agus Sunarno, menyatakan komitmen pesantren untuk ikut terlibat aktif dalam upaya penurunan stunting. Ia menegaskan bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan keagamaan, tetapi juga memiliki peran sosial dalam membangun kesadaran kesehatan keluarga dan masyarakat sekitar.

Melalui edukasi berkelanjutan dan pemantauan kesehatan, pesantren diharapkan menjadi simpul penting dalam memperluas jangkauan program Bangga Kencana di tingkat akar rumput.(**)

banner 400x130
banner 728x90