Jakarta Institute : Tidak Tepat Bandingkan JITEX dengan PRJ, Skemanya Jauh Berbeda
JAKARTA PUSAT (Beritakeadilan.com, DK Jakarta) – Direktur Jakarta Institute, Agung Nugroho, menilai perbandingan antara Jakarta International Investment, Trade, Tourism and SMEs Expo (JITEX) 2025 dan Pekan Raya Jakarta (PRJ) tidak relevan. Menurutnya, kedua kegiatan tersebut memiliki karakter, durasi, dan tujuan ekonomi yang berbeda.
“JITEX ini beda dengan PRJ. PRJ itu B2C dan berlangsung sekitar 40 hari. Sementara JITEX hanya beberapa hari, tapi di situ ada B2B, B2C, dan B2G sekaligus,” kata Agung di Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2025.
Agung menjelaskan, PRJ merupakan ajang ritel komersial yang berorientasi konsumsi masyarakat, menampilkan perusahaan besar di sektor otomotif, elektronik, hingga fashion. Sedangkan JITEX adalah pameran investasi dan perdagangan yang dirancang untuk memperkuat kolaborasi antar pelaku usaha kecil, investor, dan pemerintah. Ia menambahkan, pelaku Jakpreneur di JITEX memperoleh manfaat ganda. Mereka bisa langsung berjualan (B2C), bertemu buyer potensial (B2B), dan membuka kerja sama dengan pemerintah daerah maupun luar negeri (B2G). Tahun ini, hadir pula perwakilan dari Pakistan, Afrika, Malaysia, Filipina, Hong Kong, dan Shenzen.
Berdasarkan data resmi Dinas PPKUKM DKI Jakarta, JITEX 2025 mencatat potensi transaksi dan investasi sebesar Rp14,35 triliun. Angka tersebut terdiri atas transaksi Business to Business (B2B) senilai Rp14,33 triliun, Business to Consumer (B2C) Rp2,5 miliar, business matching P3DN sebesar Rp21 miliar, dan Pasar Murah Rp53 juta. Capaian ini jauh melampaui target awal yang ditetapkan penyelenggara dan menjadi salah satu rekor tertinggi untuk kegiatan ekonomi daerah tahun ini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno dalam penutupan JITEX menyatakan capaian tersebut membuktikan daya saing ekonomi Jakarta di tingkat global. Ia mengatakan, bila dalam lima hari pameran mampu menembus Rp14 triliun lebih, maka penyelenggaraan tahun depan harus dapat menghasilkan nilai yang lebih tinggi lagi.
Agung menilai bahwa membandingkan capaian JITEX dengan PRJ hanya dari sisi perputaran uang merupakan hal yang menyesatkan. “PRJ bersifat konsumtif, sementara JITEX produktif dan strategis. Nilai triliunan di JITEX bukan sekadar jual-beli di tempat, tapi mencakup kontrak bisnis, investasi, dan potensi ekspor,” ujarnya. Ia menegaskan, JITEX tidak bisa dilihat sebagai bazar, melainkan sebagai platform bisnis global yang mempertemukan berbagai kepentingan ekonomi.
Data Dinas PPKUKM mencatat, JITEX 2025 diikuti 461 peserta dari 13 negara, dengan fokus pada sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata. Ajang ini juga menjadi sarana business matching lintas negara yang mempertemukan pelaku UMKM binaan Jakarta dengan investor dari berbagai kawasan Asia dan Afrika. Menurut Agung, pola penyelenggaraan JITEX menunjukkan bahwa Jakarta tengah bertransformasi menjadi pusat ekonomi global yang inklusif.
Ia menambahkan, pameran semacam JITEX membuktikan bahwa kegiatan ekonomi tidak harus bersifat konsumtif seperti PRJ. Dengan dukungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui program HalloJakpreneur dan JAGOAN (Jakarta Global Entrepreneur), pelaku usaha kecil kini mendapatkan akses yang lebih luas untuk menembus pasar internasional.
“Event seperti ini tidak hanya menumbuhkan transaksi jangka pendek, tapi juga memperluas jejaring ekonomi jangka panjang bagi pelaku UMKM dan investor,” kata Agung Nugroho menutup pernyataannya.
(Faresi)