Berangkat Haji Setelah 13 Tahun Menunggu, Nurul Hasanah: Ini Takdir Terbaik dari Allah SWT

oleh : -
Berangkat Haji Setelah 13 Tahun Menunggu, Nurul Hasanah: Ini Takdir Terbaik dari Allah SWT
Pasangan jemaah haji asal Sumenep Nurul Hasanah dan Muhammad Latif berangkat haji Kloter SUB 24 di Asrama Haji Surabaya

SURABAYA (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) - Kisah inspiratif datang dari pasangan suami istri asal Sumenep, Madura, yang tergabung dalam Kloter SUB 24 Embarkasi Surabaya. Nurul Hasanah (58 tahun) bersama sang suami Muhammad Latif (60 tahun) berhasil menunaikan ibadah haji tahun ini, setelah 13 tahun menunggu sejak mendaftar pada 2012.

“Saya tidak menyangka bisa berangkat haji dalam kondisi seperti sekarang ini. Tapi inilah takdir terbaik dari Allah SWT untuk saya,” ungkap Nurul penuh syukur saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, Kamis (19/6/2025).

Nurul mengenang masa saat suaminya masih sehat dan menjadi tulang punggung keluarga sebagai perantau sukses di Malaysia. “Setelah mulai merantau pada 2004, suami berhasil di usaha jual beli rumah di Malaysia,” tuturnya.

Namun, badai kehidupan datang pada tahun 2015. Muhammad Latif terserang stroke hebat saat masih berada di Malaysia. "Semua biaya pengobatan kami tanggung sendiri. Bisa dibilang, kami habis-habisan demi kesembuhan suami."

Latif mengalami pecah pembuluh darah di otak dan sempat koma selama 15 hari. "Biaya operasi kalau dirupiahkan sekitar Rp500 juta, kami bayar semua dari kantong sendiri," ujar Latif dengan suara pelan, didampingi istrinya.

Setelah kembali ke Sumenep dan kondisi suami tidak memungkinkan untuk bekerja, Nurul mengambil alih peran pencari nafkah. Dengan penuh ketekunan, ia berjualan gorengan keliling dan di berbagai acara warga.

“Sehari-hari saya jual ote-ote dan pisang goreng, keuntungan sekitar 20 ribu rupiah. Kalau pas acara besar seperti pernikahan atau pengajian, saya tambah jualan rujak biar bisa dapat lebih,” ucap ibu dua anak itu.

Untuk melunasi biaya haji, Nurul mengandalkan sisa-sisa tabungan dan perjuangan harian. Bahkan, dua hari sebelum berangkat, ia mengaku hanya memiliki uang Rp1.000. “Alhamdulillah, Allah memberi jalan lewat saudara dan tetangga yang bantu uang saku kami,” katanya haru.

Di tengah keterbatasan fisik suami, Nurul tidak menyerah. Ia mendorong sendiri kursi roda suaminya di berbagai titik selama proses ibadah haji.

“Untuk tawaf, saya pernah pakai mobil golf resmi pemerintah Saudi, biayanya sekitar Rp1 juta. Tapi saya juga pernah bayar sesama jemaah yang bantu dorong Rp500 ribu. Kalau warga lokal, terlalu mahal, bisa sampai Rp2 juta,” jelasnya.

Saat wukuf dan mabit di Armuzna, Nurul tetap mendampingi suaminya tanpa bantuan. “Alhamdulillah, kami sehat, hanya batuk dan pilek biasa. Semua rangkaian ibadah kami ikuti bersama.”

Doa utama Nurul selama di tanah suci adalah memohon ampunan dosa untuk dirinya dan keluarga. “Semoga semua dosa kami diampuni oleh Allah SWT,” ucapnya penuh harap.

Kisah Nurul Hasanah adalah potret nyata kesabaran, pengorbanan, dan cinta dalam ibadah. Di tengah keterbatasan ekonomi dan fisik, ia tetap setia mendampingi suami dan menjaga semangat berhaji. Sebuah teladan kuat bahwa niat suci yang diperjuangkan dengan tulus, pasti akan diganjar Allah SWT dengan jalan terbaik. (R1F)

 

banner 400x130
banner 728x90