Inovasi Cerdas Unair: Cendol Daun Kelor dan Dimsum Bayam untuk Atasi Anemia Remaja Putri
SURABAYA, (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) – Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjawab tantangan kesehatan masyarakat. Melalui program pengabdian masyarakat, tim yang diketuai oleh Dr. Idha Kusumawati meluncurkan dua produk inovatif berbasis pangan fungsional: cendol daun kelor dan dimsum bayam, yang secara khusus ditujukan untuk menanggulangi anemia pada remaja putri.
Program ini dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, tepatnya di Desa Kebalanpelang, Kecamatan Babat, sebagai bentuk pendampingan terhadap kader Asuhan Mandiri Tanaman Obat Keluarga (Asman TOGA). Kegiatan tersebut juga menyasar siswa-siswi MAN 2 Babat, pada Kamis (12/6/2025), melalui edukasi langsung mengenai bahaya anemia dan pentingnya konsumsi makanan bergizi.
“Tahun ini kami memfokuskan pada remaja putri, yang merupakan kelompok rentan terhadap anemia. Kami berharap dengan produk-produk inovatif ini, remaja putri lebih tertarik untuk mengonsumsi sayuran,” ujar Dr. Idha Kusumawati dalam wawancara di sela kegiatan.
Menurutnya, program ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa pada tahun sebelumnya yang menitikberatkan pada pencegahan stunting di kalangan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Anemia masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan, terutama di kalangan remaja putri. Kekurangan zat besi menjadi penyebab utama, yang biasanya berasal dari rendahnya konsumsi sayuran hijau. Sayangnya, banyak remaja putri yang enggan mengonsumsi sayuran karena faktor rasa maupun kebiasaan makan yang kurang sehat.
Di sinilah inovasi cendol daun kelor dan dimsum bayam hadir sebagai solusi kreatif. Cendol daun kelor dikembangkan dengan menyesuaikan selera generasi muda terhadap minuman kekinian—dengan tampilan menarik, rasa lezat, dan kandungan gizi yang tinggi. Daun kelor sendiri dikenal sebagai sumber zat besi, vitamin C, dan antioksidan.
Sementara itu, dimsum bayam menawarkan pendekatan serupa pada makanan ringan yang akrab di kalangan remaja. Bayam yang kaya zat besi dijadikan isian dimsum yang tidak hanya menggugah selera, tapi juga kaya manfaat.
Tak hanya menyasar konsumen muda, program ini juga bertujuan memberdayakan kader-kader TOGA di tingkat desa. Para kader mendapat pelatihan teknis pengolahan produk hingga strategi pemasaran. Kegiatan ini membuka peluang ekonomi sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam promosi kesehatan.
Pihak Unair berharap, pendekatan ini mampu menjadi model pengembangan inovasi pangan berbasis potensi lokal, yang bisa direplikasi di wilayah lain di Indonesia.
Langkah Fakultas Farmasi Unair dalam menggabungkan ilmu farmasi, gizi, dan pendekatan sosial patut diapresiasi. Inovasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan gizi remaja, tetapi juga membentuk kesadaran kolektif akan pentingnya makanan sehat sejak usia dini.
Diharapkan, cendol daun kelor dan dimsum bayam bukan sekadar produk sesaat, tetapi mampu menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang berkelanjutan bagi generasi muda Indonesia.(R1F)