Kisah Haru Isnaini, Suami Wafat Sebelum Berangkat Haji, Tetap Kuat Menunaikan Ibadah ke Tanah Suci

oleh : -
Kisah Haru Isnaini, Suami Wafat Sebelum Berangkat Haji, Tetap Kuat Menunaikan Ibadah ke Tanah Suci
Isnaini, jemaah haji asal Jember, tiba di Asrama Haji Sukolilo setelah menunaikan ibadah haji penuh haru

SURABAYA (Beritakeadilan.com, Jawa Timur) – Tangis haru menyelimuti kedatangan Isnaini, jemaah haji dari Kloter SUB 32 Debarkasi Surabaya, saat ia menginjakkan kaki kembali di tanah air pada pukul 03.15 WIB, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Selasa dini hari (24/6/2025). Isnaini (50), warga Jenggawah, Kabupaten Jember, tidak sendirian—ia tiba bersama sang mertua, Asmuni (75), namun tanpa kehadiran sang suami yang wafat secara mendadak, hanya tiga hari setelah pelunasan biaya haji.

“Seharusnya kami berangkat haji bertiga, bersama suami dan ayah mertua. Tapi tiga hari setelah pelunasan biaya haji—kalau tidak salah, menjelang Ramadan—suami saya meninggal dunia,” tutur Isnaini dengan mata berkaca-kaca saat ditemui tim redaksi www.beritakeadilan.com

Isnaini menuturkan bahwa kepergian suaminya sungguh di luar dugaan. Sang suami, yang sehari-hari bekerja di sawah, bahkan tak memiliki riwayat penyakit serius.

“Yang punya riwayat penyakit itu saya, saya hipertensi. Suami saya sangat sehat, tidak ada keluhan apa-apa,” ujarnya pilu.

Ia masih mengingat jelas momen kebersamaan terakhir dengan sang suami. “Siangnya kami masih bercanda di rumah, sore hari tiba-tiba beliau meninggal. Dari hasil pemeriksaan, katanya serangan jantung,” tambahnya.

Ditinggal pergi oleh sang suami tepat setelah pelunasan biaya haji sempat membuat Isnaini gamang. “Saya sempat bimbang, jadi berangkat atau tidak. Tapi karena kami sudah 13 tahun menunggu sejak mendaftar tahun 2012, akhirnya saya menguatkan diri,” terangnya. Tiket haji sang suami akhirnya dibatalkan, bukan dialihkan ke orang lain.

Keputusan untuk tetap berangkat ia anggap sebagai bentuk ketegaran dan penghormatan atas perjuangan bersama selama ini. Isnaini menunaikan ibadah haji dengan hati yang penuh doa untuk almarhum suaminya.

Selama menjalani ibadah di Tanah Suci, Isnaini bersyukur karena mendapat kemudahan, termasuk bisa sekamar dengan sang mertua yang meskipun sudah berusia lanjut tetap dalam kondisi sehat dan kuat.

“Alhamdulillah, ayah mertua sehat. Tidak pakai kursi roda, masih bisa jalan sendiri,” ungkap Isnaini.

Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika harus berjalan kaki dari Musdalifah ke Mina karena kemacetan panjang. “Bis ada, tapi karena penuh dan lama, kami pilih jalan kaki. Justru terasa nikmat karena bersama rombongan,” kisahnya.

Saat prosesi lontar jumrah pun, Isnaini merasakan suasana spiritual dan kebersamaan yang membekas.

“Selesai Armusna dan kembali ke hotel, saya justru kangen suasana di Mina, terutama saat melontar jumrah di Jamarat. Meski padat, terasa kompak,” kenangnya.

Namun pengalaman paling emosional terjadi saat ia berada di Jabal Rahmah, Arafah. “Saya melihat seseorang yang mirip sekali dengan suami. Saya coba dekati, tapi saat saya cari, sosok itu sudah tak ada,” ucapnya lirih.

Isnaini mengaku banyak berdoa selama di Tanah Suci untuk almarhum suami dan keluarganya. “Saya mohonkan ampunan untuk dosa saya, suami, dan keluarga. Juga berdoa agar anak-anak kami jadi anak sholih dan kelak bisa kembali berhaji bersama keluarga,” harapnya. Allohumma aamiin. (R1F)

 

banner 400x130
banner 728x90