Yaren Mulai Pemetaan Masa Depan SPAB di PRB Mojokerto

Menjahit Asa dari Bulan: PRB di Mojokerto Jadi Langkah Yaren Memetakan Masa Depan SPAB Indonesia

oleh : -
Menjahit Asa dari Bulan: PRB di Mojokerto Jadi Langkah Yaren Memetakan Masa Depan SPAB Indonesia
Diva (kiri) dan Imrotul ujung tombak Yaren untuk mematakan SPAB di Indonesia

KOTA MOJOKERTO (Beritakeadilan.com, Jawa Timur)-Di tengah riuhnya gelaran Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Nasional 2025 di Kota Mojokerto, dua perempuan muda berjalan menyusuri deretan stan pameran dengan ransel penuh catatan. Langkah mereka mantap, penuh tujuan.

Mereka adalah Diva Widyaningtyas dan Imrotul Ummah, aktivis Yayasan Resilien Nusantara (Yaren) yang hadir bukan sekadar menjadi pengunjung, tetapi membawa misi besar: memetakan masa depan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Indonesia.

“Semua perubahan besar selalu dimulai dari data dan dialog,” ujar Diva sambil berhenti di depan salah satu stan Seknas SPAB, sambil menggenggam buku catatan kecil yang sebagian halamannya masih kosong—menandakan cerita baru yang siap ditulis.

Selama tiga hari (1–3 Oktober 2025), Yaren memanfaatkan ajang PRB bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk merangkai jejaring strategis.

Mereka mewawancarai pelaksana SPAB dari berbagai daerah, mencatat pola kerja pelatihan Training of Trainers (ToT) dan Training of Facilitators (ToF), menggali praktik terbaik dari sekolah yang sudah berjalan, hingga memetakan jalur pendanaan dari APBN, APBD, CSR, hingga swadaya komunitas.

“Kami ingin tahu siapa melakukan apa, di mana, dan dengan sumber daya apa. Dari situ kita bisa merancang sinergi yang lebih tajam dan berdampak,” jelas Diva dengan mata berbinar.

Bagi Yaren, pemetaan ini bukan untuk mencari kelemahan pihak lain, tetapi untuk membaca dan menghubungkan kekuatan ekosistem yang sudah ada.

“Kami tidak datang membawa kaca pembesar untuk mencari kesalahan orang lain. Kami datang membawa benang—untuk menjahit potensi yang tersebar agar menjadi satu kain yang kuat,” kata Imrotul Ummah dengan penuh keyakinan.

Dari hasil pemetaan awal, Yaren akan menyusun daftar mitra prioritas yang siap diajak berkolaborasi setelah PRB usai. Mereka berencana mengundang Dinas Pendidikan, BNPB, BPBD, NGO, lembaga filantropi, hingga sektor CSR perusahaan untuk duduk bersama, berbagi data, dan menyusun rencana aksi nyata.

Yaren memandang sekolah bukan sekadar tempat belajar membaca dan berhitung, tetapi titik awal membangun generasi yang tangguh menghadapi bencana—tempat anak-anak belajar kesiapsiagaan, solidaritas, dan empati.

“Bayangkan jika setiap sekolah punya rencana evakuasi, guru paham mitigasi, dan siswa tahu cara menyelamatkan diri. Itulah Indonesia yang lebih siap menghadapi masa depan,” tutur Diva.

Langkah Yaren di Mojokerto mungkin terlihat sederhana: observasi, wawancara, dan pengumpulan data. Namun di balik itu, mereka sedang menyusun fondasi kolaborasi besar yang kelak dapat mengubah wajah pendidikan kebencanaan di Indonesia.

Sebagai lembaga nirlaba yang fokus pada edukasi kebencanaan, inklusi sosial, dan penguatan kapasitas komunitas, Yaren hadir sebagai penghubung multipihak—menjembatani pemerintah, pelaksana program, penyandang dana, dan sekolah agar bergerak searah menuju tujuan bersama: sekolah aman, sadar risiko, dan tangguh menghadapi bencana.

“Setiap langkah kecil adalah bagian dari perjalanan panjang. Langkah itu kini telah dimulai, dari Mojokerto, untuk masa depan Indonesia yang lebih siap,” pungkas Imrotul Ummah.

(Thejo)

banner 400x130
banner 728x90